Diposting oleh On 22.25 with No comments


ANEUK MUMANG - Ketika saya mengenyam ilmu kedokteran di New York pada dekade 1980-an, setiap hari saya disuguhi pemandangan miris di rumah sakit tempat saya belajar: semua orang dapat merokok dengan bebas. 

Para pasien yang terkapar di tempat tidur rela melepas masker oksigen hanya untuk merokok. Begitu juga dengan kepala rumah sakit yang merokok di sela-sela rapat tentang penyakit mematikan. 

Merokok di tempat umum memang telah menjadi pemandangan yang biasa. Kita dapat menemukan orang merokok di mana saja, di bandara, di kantor, di kendaraan umum dan di rumah makan. 

Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi rokok tembakau kian berkurang secara drastis dalam beberapa dekade terakhir, akibat pergerseran pola pikir publik yang mulai sadar kesehatan penghisap rokok di muka umum sepertinya tak pernah berkurang.

Padahal kita tahu banyak orang hidup menderita akibat rokok. Banyak remaja menjadi perokok aktif karena telah merokok ketika masih dibawah umur. Ini adalah tragedi sosial yang tak terelakkan. 

Namun bisakah kita bayangkan bahwa beberapa tahun ke depan, orang dapat menghisap ganja di depan umum? Ini dampak yang akan terjadi jika negara-negara di dunia sepakat melegalkan perdagangan mariyuana yang termasuk bahan adiktif. 

Penelitian dari Lembaga Kesehatan Nasional Amerika Serikat, atau NIH, menunjukkan 1 dari 6 remaja yang telah menghisap ganja ketika mereka masih di bawah umur akan menjadi pecandu narkoba ketika dewasa.

Penghisap ganja yang berusia dibawah 25 tahun juga rentan mengalami penurunan fungsi otak secara, serta menderita penyakit kejiwaan dibanding remaja yang tak menghisap ganja. 

Dalam penelitian lembaga itu, mariyuana terbukti dapat menyebabkan gangguan kejiwaaan pada pemakainya setelah efek "sedang teler" telah hilang dan memperburuk keadaan kejiwaan pasien schizofernia. 

Namun,apakah ganja dapat menyebabkan penyakit mematikan seperti rokok tembakau? 

Untuk menjawab pertanyaan itu perlu ada penelitian lebih lanjut yang membutuhkan waktu puluhan tahun. 

Namun, apakah kita akan membiarkan anak cucu kita saat ini menjadi kelinci percobaan untuk membuktikan bahaya ganja bagi kesehatan?

Apakah kita akan membiarkan anak cucu menjadi pecandu ganja sepanjang hidup mereka?

Jika Anda menjawab tidak, maka mengapa banyak negara di dunia yang berencana melegalisasi ganja? 

Jika alasannya adalah bisnis perdagangan ganja yang menggiurkan, saya tekankan, kita tak akan pernah kaya karena ganja. Malah, masyarakat akan menghabiskan banyak uang karena ganja.

Pendapatan negara dari pajak perdagangan ganja tak akan ada artinya jika masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk biaya kesehatan.

Satu hal yang patut dicatat, data dari Badan Penanggulangan Narkotika AS tahun 2008 menunjukkan bahwa sangat sedikit narapidana yang mendekam di penjara akibat kasus penyalahgunaan mariyuana. 

Data itu menunjukkan hanya 2,2 persen narapidana di seluruh penjara di AS yang menjalani hukuman karena memiliki, mengedarkan, dan membuka usaha pabrik ganja. Selebihnya, ditangkap karena melangggar undang-undang minuman keras dan zat psikotropika lain, seperti mabuk ketika menyetir kendaraan. 

Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan kecelakan mobil yang lebih besar bagi pengendara yang menyetir sembari menghisap ganja, dibanding pengendara yang mabuk akibat menenggak minuman keras.

Ketika hanya sedikit bandar ganja yang mendekam di dalam penjara, bisakah dibayangkan betapa marak bandar ganja yang tak mendekam di dalam penjara? Apakah pemerintah akan menutup mata terhadap hal ini?

Menghisap ganja memang membawa utopia kebahagian, namun itu tidak sepadan dengan resiko dan bahaya yang ditimbulkan. 

Dalam pandangan saya, jika legalisasi ganja terjadi, anak cucu kita akan menjadi taruhan, dan nasib mereka tak akan ada bedanya dengan kelici percobaan. [CNN Indonesia]

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Scroll to top